Thursday, December 8, 2011

Kejutan Lima Belas Sen

Anda penyuka cokelat? atau mungkin pecinta cokelat sama seperti saya ♥♥ http://www.emocutez.com 

Kali ini saya mengangkat cerita dari Chicken Soup For The Chocolate's Lovers, dan cerita kali ini membuat saya tersentuh sekaligus membuat saya semakin dan semakin menggilai cokelat http://www.emocutez.com.
Silahkan menikmati kelezatan cokelat berikut ♥ 


"Kau ada dalam daftar segala sesuatu yang paling kucintai-tepat di bawah cokelat"
Mary Englund Murphy

Saat itu Desember 1963. Aku dan Jack ingin saling memberi sesuatu yang istimewa pada Natal pertama kami bersama, tapi kami tak punya uang ekstra untuk membeli hadiah. Kami telah berkencan, jatuh cinta, dan menikah, semua dalam jangka waktu tiga bulan. Kami masih muda, kasmaran, dan miskin -- benar-benar miskin.

Jack seorang serdadu di Korps Marinir. Dia ditugaskan di Stasiun Senjata Angkatan Laut, Charleston, South Carolina. RUmah paling bagus yang bisa kami bayar dengan gaji Jack yang sembilan puluh dolar sebulan adalah setengah duplex-bangunan apartemen dua unit-tua yang reyot. Tempat itu tepat berada di tengah padang tempat sapi merumput di sisi belakang Goose Creek. Tempat itu terpapar ke udara terbuka, atapnya bocor, dan tanpa air panas. Tapi kami bersama, dan itulah yang terpenting bagi kami.

Tanpa sepengetahuanku, ketika hari-hari di bulan Desember terus bergulir, Jack bertekad mengejutkanku dengan sesuatu pada Natal pertama kami bersama. Pada 19 Desember, dia menyembunyikan satu kapak kecil di bawah jaket lapangannya. Dia menyusupkan tangannya ke dalam sarung tangan kerjanya, menarik topinya ke bawah agar telinganya tetap hangat, dan berjalan santai ke sisi belakang lapangan rumput dengan diterangi sinar bulan. Sekitar sejam kemudian dia kembali dengan satu pohon pinus kecil menyedihkan serta satu senyum lebar. Dahan-dahan pohon kecil itu, yang kurus dan keriput, terentang bagaikan sayap-sayap malaikat bagiku. Aku menyambut hangat kejutan itu dengan kegembiraan kekanak-kanakan.

"Ini kaleng kopi kosong, Jack. Kita bisa mendirikan pohon itu di dalamnya," kataku. Jack mengisi kaleng kopi itu dengan tanah liat South Carolina dan menjejalkan batang pohon yang kecil itu ke dalamnya. Aku menutup sekeliling kaleng itu dengan salah satu syalku. Lalu, aku menghias pohon yang mengenaskan itu dengan anting-anting, kalung, dan gelangku. Permata buatan dari kaca berkilauan bagaikan kertas emas perada. "Ini bukan pohon terbesar di dunia, tapi inilah pohon Natal paling bagus yang pernah kumiliki," kataku sambil mendaratkan ciuman ke pipi Jack. Aku menyandarkan tubuh ke bahunya yang kuat dan mendesah penuh kebahagiaan.



Tapi Jack belum puas. Dia ingin ada hadiah untuk ditempatkan di bawah pohon itu. Di petang Natal dalam perjalanan pulangnya dari tempat kerja, dia berhenti di PX. Total uang di kantongnya sejumlah 21 sen. Selama satu jam dia mondar-mandir menyusuri lorong mencari sesuatu-apa saja-yang bisa dibelinya untuk cinta dalam kehidupannya dengan tabungan yang begitu sedikit. Dia nyaris menyerah ketika matanya terpaku pada satu tanda kecil bertuliskan "15 c". Dia meraih satu, membayarnya, dan pulang dengan harta karun terjejal dalam kantong jaket lapangannya,

Malam itu aku dan Jack makan sandwich bologna di depan pohon Natal kami. Kami menyanyikan lagu-lagu Natal dan merapat di dekat pemanas ruangan gas. Sekitar tengah malam Jack menghilang ke kamar tidur. Dia muncul kembali dengan tangan kanan tersembunyi di balik punggung. Mulutnya mengering dan tangannya gemetar saat dia mengatakan, "Pejamkan matamu sekarang, ini kejutan."

"Oh Jack. Kau tidak seharusnya membelanjakan uang untuk membeli hadia. Kita tak mampu untuk itu."

"Aku tak bisa membiarkan Natal datang dan pergi tanpa melakukan sesuatu untuk gadis tercantik di dunia ini. Pejamkan mata dan ulurkan tanganmu."

Harus kuakui aku bersemangat. Aku terkikik seperti bocah. Jack meletakkan hartanya di telapak tanganku yang terbuka. "Aku tahu ini tak banyak. Tapi, ini favoritmu dan kau adalah favorit-ku." Dia menghembuskan napas dengan keras. "Selamkat Natal."

Aku membuka mata. Di tanganku tergeletak satu kotak kecil berisi empat gula-gula berbalut cokelat. Aku menarik harta kecil itu ke dadaku, kemudian melingkarkan kedua lenganku ke leher pahlawanku.

"Ini hadiah paling luar biasa yang pernah kuterima. Sungguh luar biasa dicintai olehmu, Jack. Aku tak percaya kau seutuhnya milikku. Kaulah hal terhebat dalam hidupku."

Dalam tahun-tahun berikutnya, keuangan kami membaik. Setiap Natal, pohon kami semakin gaya. Setiap tahun hadiah semakin besar dan semakin mahal. Namun, selama 34 Natal, satu hadiah menduduki satu tempat terhormat di bawah pohon Natal kami. Setiap tahun hingga kematiannya, Jack memberiku cintanya-terbungkus dalam satu kotak cokelat. Dan setiap tahun dia semakin dan semakin menjadi pahlawanku.

2 comments:

  1. cerita yang menyentuh...
    absen di pagi hari mbak, salam dari jawa timur

    ReplyDelete
  2. alamak bagus kali cerita nya. . .
    Nice blog . . .

    ReplyDelete