Sejak tahun 2009 bulan Maret saya tidak pernah melihat wajahnya secara langsung lagi. Ya, perpisahan kami saat itu masih dengan status "sepasang kekasih", tapi itu tidak bertahan lama. Hanya dalam kurun beberapa bulan saja akhirnya kami putus. Long distance memang membutuhkan pengorbanan lebih, mungkin saat itu kami memang belum bisa mengerti arti pengorbanan itu yang sebenarnya. Sebelum berpisah (saya pindah ke Batam) saya memang sudah sangsi dengan kelanjutan hubungan kami. Hanya tangis air mata yang menemaniku sepanjang malam, sambil menggenggam erat tangannya dan berbisik, "please, don't let me go!". Tapi ia hanya berkata itu semua demi masa depanku. Saya terdiam, membiarkan air mata membasahi pipiku. Setelah 2 tahun saya mengabaikannya kasih sayangnya, baru saat itulah hati saya terbuka untuknya. Baru 1 minggu merasakannya, saya harus memutuskan untuk meninggalkannya lagi.
Hanya sepasang cincin yang menjadi pengikat hubungan kami sementara.
Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Cincin milikku patah, bertepatan dengan rapuhnya hubungan dan komunikasi kami. Akhirnya kami memutuskan untuk berpisah, agar ia bisa segera mewujudkan impiannya, begitu juga impianku. Visi misi kami berbeda, tujuan utama kami berbeda, prinsip kami berbeda. Tidak ada yang sama, kecuali sifat keras kepala kami.
Beberapa hari lalu, tiba-tiba saja dia menghubungiku. Dia kebetulan berkunjung ke Batam, saya yang terlanjur mengatakan akan menemaninya saat jalan-jalan ke Batam, membuat saya jadi kikuk. Kami bertemu, dan mulai membicarakan satu sama lain, kabar satu sama lain, pekerjaan, dan keluarga. Lalu ia memulai kenangan masa lalu, memulai cerita saat kami bertengkar, saat kami berbaikan kembali, dan sama-sama menyadari betapa kekanak-kanakannya kami saat itu. Tawa canda lepas. Tapi itu tidak sebebas dulu. Sebenarnya saya enggan mengungkit masa lalu. Bagiku itu hanya masa lalu. Sekarang semua berbeda. Memang sejak saya berpisah dengannya belum ada satupun yang mengisi hari-hariku seistimewa saat bersama dengannya.
Tapi hari-hariku setelah berpisah dengannya menjadi luar biasa baik ketika saya mendapatkan teman-teman yang begitu care pada saya. Berlalunya waktu menyadarkanku bahwa Tuhan akan menyediakan sesuatu yang jauh lebih indah, mutiara asli yang telah Ia sediakan bagi saya, jikalau saya dengan ikhlas melepaskan mutiara palsu yang saat itu saya genggam erat.
Begitu pula dengannya. Saya berharap dia bisa bahagia selamanya, bersama dengan keluarga barunya.
semua pasti ada hikmahnya
ReplyDeleteIya, makasih banyak mba Rinda sudah mampir di blog saya.
DeleteSekarang sudah dapat mutiara aslinya mba. Hihihi...