Friday, December 9, 2011

Kartu dan Ciuman

"Aku percaya ada bukti dalam Injil yang menegaskan akan ada cokelat di surga. Wahyu dalam Perjanjian Baru 7:17 mengatakan tidak akan ada  lagi air mata. Bagiku itu sudah cukup menegaskan"
Rhonda Rhea


Saat itu Hari Valentine, dan kami bangkrut. Bukan hal tak lumrah bagi kami mempunyai dana sedikit. Membesarkan tiga anak dengan gaji pastor kerap membuat kami merasakan "bulan masih banyak tersisa ketika uang telah habis". Suamiku, Bruce, mengeluh. "Kau adalah valentine-ku dan aku tak punya apa pun untukmu di Hari Valentine. Aku tak punya uang untuk membeli bunga, apalagi perhiasan."

Berusaha menenangkannya, "Kau tak perlu memberiku barang mahal. Kita berusaha mengajari orang-orang di gereja agar tidak berutang ketika kartu yang diberikan sepenuh hati sudah lebih dari cukup." Bruce benar-benar memikirkan gagasanku akan kartu yang diberikan sepenuh hati.

Sore itu, setelah menjemput anak-anak dari sekolah, aku mampur ke kantor gereja. Bruce melambaikan tangan ke arahku agar ke kantornya dan memberiku satu amplop merah cerah serta satu kantong kecil "Hersley's Kisses sebelum turun tangga untuk rapat. Membuka kartu itu, aku mendapati diriku sendiri larut dalam kata-kata dan gambaran saat air mata mengenang di mataku.



Sektretaris memanggilku dari kantor di luar, membawaku kembali ke dunia nyata. "Ada beberapa hal yang perlu kutanyakan tentang brosur untuk acara perempuan mendatang. Kau bisa membantuku?" tanyanya. Aku meletakkan kartu itu di meja suamiku dan balas berteriak, "Aku akan ke sana."

Aku pergi tak lebih dari dua puluh menit, namun ketika kembali, aku mendapati putri sulungku, Sarah, bergelung seperti kucing di atas kursi bersandaran milik ayahnya, menimang kartu itu dengan hati-hati di pangkuannya dan menghabiskan Hersey's Kisses yang masih tersisa sedikit. "Kartu ini cantik, Mom," dia menggumam, membelainya dengan jari-jarinya yang lengket berlepotan cokelat. "Siapa yang memberikannya untukmu?"

"Well, mengingat apa isinya, kuharap Daddy yang memberikannya," aku tersenyum.

"Ini kartu paling menakjubkan yang pernah kulihat," sahutnya, mengerjap-ngerjapkan mata birunya yang besar dalam cara yang hanya bisa dilakukan oleh anak perempuan berumur tiga belas tahun yang memiliki pemahaman akan romansa. Saat itulah suamiku memasuki pintu kantornya. Merengkuh lehernya, aku mendaratkan ciuman hangat-satu di masing-masing pipinyaa. "Wow, untuk apa itu tadi?"

"Ciuman pertama untuk kartuku yang cantik; yang kedua untuk mengajari putri kita dengan contoh agar memilih pria yang akan mencintai dan mengasihinya," bisikku ke telinganya.



"Aku perlu memberimu lebih banyak kartu," Bruce tersenyum.

"Dan cokelat," kataku bercanda saat kami semua mengumpulkan barang-barangku untuk pulang. Aku meletakkan kartu itu di luar konter dapur untuk menikmatinya sesaat sebelum memasukkannya ke dalam laci benda kenanganku untuk diingat selamanya.

Delapan Hari Valentine telah berlalu dan si gadis cantik tiga belas tahun bermata biru sekarang telah menjadi mempelai yang berbinar. Aku membuka laci benda kenanganku, mencari perhiasan nenekku sebagai sesuatu yang kuno untuk ditawarkan kepadanya bersama sesuatu yang baru serta pinjaman untuk mengisi repertoar penikahannya. Di sana di sebelah mutiara nenekku tergeletak kartu Hari Valentine-lengkap dengan sidik jari cokelat.

Para pakar memang benar: nilai-nilai itu ditangkap, bukan diajarkan. Sarah akan menikahi Shaun, yang memujanya sebagaimana ayahnya memuja ibunya. Dan sekarang, giliran Shaun untuk menjaga istri yang mengaguminya dalam kartu cantik serta Kisses Cokelat-selamanya.

Linda Newton.
Chicken Soup for The Chocolate's Lover Soul

3 comments:

  1. waaa....
    so sweet....
    Moga dapat seperti itu :)
    Amin

    ReplyDelete
  2. iss. . .mantap kali. . .
    Trus berkaya . . .
    Kunjunggi balik ya. . .follw jika berkenan. . .SALAM KENAL

    ReplyDelete