Saturday, April 23, 2011

Pekerjaan Penting

Genta bukanlah genta sebelum dibunyikan
Lagu bukanlah lagu sebelum dinyanyikan
Cinta di sanubari bukan untuk dipendamkan
Cinta bukanlah cinta sebelum dipersembahkan
Oscar Hammerstein
Penumpang-penumpang yang paling terakhir masuk ke pesawat dar Seattle ke Dallas adalah seorang wanita yang disertai tiga orang anak. "Aduh, jangan sampai tempat duduk mereka di sebelahku," kataku dalam hati. "Begitu banyak pekerjaan yang harus kulakukan." Tetapi sesaat kemudian seorang anak berumur sebelas tahun dan adik lelakinya berumur sembilan tahun sudah melangkahi kakiku yang terjulur ke depan untuk duduk di kursi-kursi di sebelahku, sementara wanita itu dan anak lelaki satu-satunya lagi yang berumur empat tahun mengambil tempat duduk di belakangku. Boleh dibilang seketika itu juga kedua anak yang lebih besar mulai bertengkar, sementara anak kecil yang di belakang sebentar-sebentar menendang sandaran kursiku. Sekian menit sekali anak lelaki di sebelahku bertanya pada kakaknya, "Dimana kita sekarang?" "Diam!" bentak anak perempuan itu, lalu mulailah lagi gerak-grik gelisah disertai rengekan.
"Anak-anak sama sekali tidak mengerti tentang pekerjaan penting," pikirku dengan perasaan sebal. Tahu-tahu ada suara dalam benakku, yang dengan jelas dan singkat mengatakan, Cintai mereka. "Anak-anak ini tidak bisa diatur, aku memiliki pekerjaan penting yang harus kukerjakan," pikirku membantah suara tadi. Hati sanubari menjawab, Cintailah mereka seakan-akan mereka anakmu sendiri.
Karena sudah berkali-kali mendengar pertanyaan "Dimana kita sekarang?", kuarahkan perhatian mereka pada peta dimajalah perusahaan penerbangan yang terselip dalam kantong dibelakang sandaran setiap kursi. Padahal ada pekerjaan penting yang harus kutangani.
Kujelaskan rute yang ditempuh pesawat, kupenggal-penggal dalam tahap-tahap penerbangan yang masing-masing memakan waktu seperempat jam. Kuperkirakan pula kapan pesawat akan mendarat di Dallas.
Setelah itu mereka pun bercerita tentang perjalanan mereka ke Seattle untuk menjenguk ayah mereka yang dirawat di rumah sakit. Dalam percakapan kami, mereka bertanya tentang penerbangan, navigasi, ilmu pengetahuan, dan pandangan orang dewasa mengenai kehidupan. Waktu berlalu dengan cepat, dan pekerjaanku yang "penting" masih saja belum kuapa-apakan.
Ketika pesawat akhirnya hendak mendarat, aku bertanya tentang keadaan ayah mereka. Sikap kedua anak itu langsung berubah dan yang lelai berkata singkat, "Sudah meninggal."
Aku mengatakan bahwa aku ikut merasa sedih.
"Ya, aku juga sedih," kata anak lelaki itu. "Tapi adikku yang paling kuprihatinkan. Ia sangat kehilangan."
Tiba-tiba aku menjadi sadar bahwa apa yang kami percakapkan selama itu adalah pekerjaan terpenting dalam hidup ini, yaitu menjalani kehidupan, mencintai, dan terus berkembang meski mengalami kesedihan mendalam. Ketika kami berpisah di bandar udara Dallas, aku bersalaman dengan anak lelaki itu yang mengucapkan terima kasih padaku karena menjadi "guru di angkasa" baginya. Dan aku berterima kasih padanya, karena ia pun sempat menjadi "guru angkasa" bagiku.

By: Dian S. Bagley
A Cup of Chicken Soup for the Soul

6 comments:

  1. "" Genta bukanlah genta sebelum dibunyikan
    Lagu bukanlah lagu sebelum dinyanyikan
    Cinta di sanubari bukan untuk dipendamkan
    Cinta bukanlah cinta sebelum dipersembahkan""

    kata" yang indah,, thank's for sharing
    salam Blogging With Me

    ReplyDelete
  2. salam sahabat, tentang pekerjaan Gan saya belum tahu, perjalanannya mantap banget.... sukses ya jangan menyerah sampai berhasil. Siip ya Gan ?

    ReplyDelete
  3. Memank pekerjaan lebih penting tapi yang susahnya jari kerja apa lagi kalo di jakarta..

    ReplyDelete
  4. @rezKY p-RA-tama: bukaannnnn... :D itu sharing dari buku A Cup of Chicken Soup for The Soul

    @zhanaz45: yaa..makax saya sama skali ga pernah berpikir buat nyari kerja disana...dibatam bnyak kerjaan kq.. :D

    ReplyDelete