Saturday, September 24, 2011

Serangan Cokelat

Bertahun-tahun lalu aku pergi ke San Fransisco bersama suamiku, tempat kami diundang ke pesta koktail oleh satu pasangan yang tinggal di sebuah apartemen dengan tiga dinding jendela menghadap ke arah kota dan teluk. Apartemen itu cantik, tuan rumahnya ramah dan baik, tapi satu-satunya hal yang terus melekat dalam benakku selama bertahun-tahun ini adalah komentar si perempuan bahwa dia membiarkan dirinya sendiri menikmati satu Herseys's Kiss setiap hari.

Aku sendiri secara agak rutin mengalami desakan akan cokelat dan belum pernah mendapati bahwa satu Hersey's Kiss, tak peduli betapapun lezatnya, akan memuaskan kebutuhan itu.Berminggu-minggu kemudian aku berada di supermarket dan nafsu akan cokelat menjadi begitu kuat. Aku berusaha mengalihkan pikiranku sendiri memunguti sekantong ceri dan sewadah blueberry, yang keduanya amat kusuku. Aku juga mengambil kembal kol, beberapa cabai, pisang, dan bawang ungu. Aku yakin makanan bagus untukmu ini akan mehilangkan nafsuku itu.

Permen cokelat ada di lorong yang sama dengan pasta, jadi kalau membutuhkan pasta, aku harus melintasi lorong ini. Aku merasa cukup percaya diri untuk masuk di ujung lorong permen itu, merasakan desakanku untuk cokelat telah menurun. Kebetulan sekali, sedang ada obral Hersey's Kiss kantong besar, tertera dalam tulisan hitam tebal. Aku berhenti dan mengambil satu kantong. Benda itu membuat dirinya sendiri berada di sekeliling tanganku seolah-olah memintaku mengajaknya pulang. Aku meletakkannya dan benda itu bersera kepadaku, "Kau bisa memakan satu saja."

Satu itu melirik ke semua buah dan sayuran, kemudian dengan acuh tak acuh meletakkan satu kantong Kiss ke dalamnya bersama belanjaanku. Aku melanjutkan berbelanja, mendapatkan apa yang kami butuhkan. Ada daging, keju, susu, daging gulung, dan berbagai barang dari kertas. Aku bisa mengambil atau meninggalkan mana saja diantaranya, tapi ketika masing-masing barang ditambahkan ke dalam kereta, aku berpikir tentang mengembalikan Hersey's Kisses ke dalam raknya.

Aku memikirkan perempuan di San Fransisco itu dan berkata kepada diri sendiri, Kalau dia bisa melakukannya, aku juga bisa, dan meletakkan permen cokelat itu di konter bersama bahan makanan lainnya. Aku pulang dan membongkar barang-barang dari mobil dan melanjutkannya untuk menatanya. Sebagian masuk kulkas, sebagian ke ruang penyimpanan bahan makanan, kemudian Kisses cokelat itu ada di tanganku. Di mana aku bisa meletakkannya? Well, tolol, kataku kepada diri sendiri, letakkan saja di ruang penyimpanan bahan makanan dengan semua yang lain. Kau hanya akan makan satu, demi kebaikan. Jadi pergilah cokelat itu ke sana.

Saat itu lewat tengah hari dan aku merasa lapar. Aku membanggakan diri hanya karena hanya makan siang ringan. Aku bahkan menyombongkannya. Ketika suamiku pulang, dia menyombongkan tentang makan siangnya yang ringan. Kami saling menyombongkan diri. Di hari itu aku makan keju cottage rendah lemak dengan melon honeydew segar dan air seltzer berasa ceri. Aku menghabiskannya, merasa kuat, dan memutuskan membuka Kisses dan makan hanya satu.

Aku mengeluarkan kemasan itu dari lemari, mengambil gunting, dan memotong sudutnya. Dua Kisses perak keluar dari kantong. Aku meletakkan kantong dan memungut cokelat itu. Well, dua tidak akan melukai, pikirku. Lagipula makan siangku tadi hanya ringan. Aku membuka pembungkus perak itu, melihatnya jatuh ke meja bersama secuil kertas dengan tulisan "Kisses" tercetak di atasnya. Aku meletakkan cokelat itu ke dalam mulutku dan merasakannya hangat serta melelh saat aku menggersernya ke satu sisi untuk mengunyahnya. Cokelat itu kedua masuk dengan sama mudahnya. Kantong itu masih ada di meja, jadi aku pun memutuskan makan beberapa lagi sambil membaca koran. Lubang di kantong itu jadi sedikit lebih besar dan empat cokelat jatuh keluar. Well, aku akan mengigiti ini sambil membaca.

Ketika aku selesai membaca koran, segundukan pembungkus keperakan teronggok di sebelahku, juga semua helaian kertas kecil itu. Aku merasa takut dan malu. Aku meraup semuanya dan meremasnya menjadi satu bola kecil, kemudian membenamkannya ke tempat sampah. Aku menemukan pengikat pilin dari laci dan mengikat kantong Kisses itu. Sebelum mengembalikannya ke lemari, dengan enggan aku membaca panel kalori di samping kantong. Dalam delapan keping terkandung 210 kalori. Aku suka memandang langsung darinya. Tidak ada penunjukkan tentang ukuran penyajian atau apa pun. Kalau makan delapan Hersey's Kisses, kau mengonsumsi 210 kalori.

Aku tak yakin berapa banyak yang sudah kumakan, dan aku sudah melenyapkan pembungkusnya sehingga aku tak bisa memeriksanya, dan selain itu, aku tidak ingin tahu. Kerusakan telah terjadi. Aku membesarkan hatiku sendiri. Aku memutuskan perempuan di San Francisco itu pasti sudah membesar-besarkan, meski kelihatannya dia bukan tipe seperti itu. Aku berkata kepada diri sendiri tak setiap hari aku melampaui batas, dan bagaimanapun, aku tidak ingin perusahaan Hersey's bangkrut.

Suamiku pulang dan bercerita dia tadi makan salad tuna dengan selada, tomat, dan bawang bombai. Kukatakan kepadanya aku makan keju cottage dan buah.

Pasti ada rahasia tertentu dalam penikahan. Jangan bilang aku salah. Kami sudah menikah lebih dari tiga puluh tahun. Cokelat membuat suamiku kesal. Menurutnya cokelat itu jahat dan dia mengerutkan kening ketika aku menyarankan membeli fudge. "Bisa-bisanya kau ini?" begitu dia akan bilang, dan aku pun tak melakukannya. Lebih baik aku memanjakan diri sendirian. Kenapa harus membuat pria itu kesal?

Aku tahu tak mungkin makan satu Hersey's Kisses, dan aku masih punya tiga perempat kantong di ruang penyimpanan makanan. Aku lebih bisa tak makan sekali ketimbang makan hanya satu, jadi ku putuskan meletakkan sisa kantong dalam frezzer, dan ketika serangan cokelat lain mencengkeramku, aku akan mengambil kantong itu dari sana - dan menikmatinya!

Lynne MacKnight
Chicken Soup for The Chocolate Lover's Soul

0 komentar:

Post a Comment