Untuk anak – anak seusianya, Tyler Doherty sama sekali berbeda. Di usianya yang baru 8 tahun, Tyler sudah mengidap penyakit kanker otak. Seluruh kepalanya digunduli, dan dia harus beristirahat di rumah selama beberapa waktu, sampai cukup kuat untuk masuk sekolah lagi.
Untungnya, Tyler memiliki sebuah keluarga yang cukup solid, walaupun tengah berada dalam masa – masa sulit. Maddy Doherty, ibu dari Tyler, sudah menjadi janda, karena suaminya meninggal beberapa tahun lalu. Maddy pun menjadi tulang punggung keluarga, untuk merawat kedua anaknya, Tyler dan Ben. Sebagai gantinya, nenek Tyler, Olivia, tinggal bersama mereka untuk merawat dan menjaga Tyler, ketika ibunya sedang bekerja. Abang Tyler pun, walaupun sedikit iri dengan perhatian yang didapatkan adiknya, berusaha menjadi abang yang baik. Selain keluarganya, Tyler juga memiliki seorang teman baik, Samantha, yang selalu menemaninya bermain.
Semua yang dijalaninya, tidak membuat Tyler putus asa, melainkan dia terus bersandar kepada Tuhan. Bagi Tyler, Tuhan adalah teman, guru dan juga sahabat penanya. Setiap hari, Tyler menuliskan doanya dalam bentuk surat, kemudian dimasukkan ke dalam kotak pos.
Surat – surat ini membuat Brady McDaniels, tukang pos yang baru bertugas di daerah tempat tinggal Tyler, kebingungan bagaimana harus menyikapi surat – surat tersebut, karena alamatnya adalah untuk Tuhan. Atasannya, Mr. Lester, menugaskan Brady untuk mengurus surat – surat Tyler, percaya bahwa Brady bisa melakukan yang terbaik dengannya.
Tyler sempat mampir ke sebuah gereja, dan ingin menyerahkan surat – surat tersebut kepada pendetanya. Namun, sekali lagi pak pendeta juga mengatakan hal yang sama, bahwa surat – surat itu bukan kebetulan berada dalam tangan Brady, pasti ada tujuan dari Tuhan kepadanya. Surat – surat itupun tetap disimpan oleh Brady.
Hubungan antara Brady serta Tyler pun berkembang menjadi teman baik. Di satu sisi, Brady sendiri kehilangan hak asuh anak satu – satunya, karena dia melanggar peraturan DUI ( Driving Under the Influence) – menyetir dalam keadaan mabuk, sambil membawa anak. Sedangkan Tyler sendiri memang membutuhkan seorang sosok ayah.
Film yang mengharukan ini, diangkat dari kisah nyata. Sama halnya dengan Fireproof dan Facing the giant, film ini pun sarat dengan pesan – pesan moral, serta nilai rohani, dan cocok ditonton oleh seluruh keluarga.
Sosok Tyler menjadi teladan yang baik bagi kita, orang dewasa. Dalam kesulitan – kesulitan yang dihadapinya, Tyler tetap percaya kepada Tuhan, dan berusaha mengisi sisa harinya dengan berbuat yang terbaik
0 komentar:
Post a Comment