Sunday, November 17, 2013

Menunggu Jawaban

Selamat Pagi!


Pagi Bapa, pagi Yesus, pagi Roh Kudus!
Pagi ini saya memikirkan sharing-sharing saya dengan kawan saya, Tefilla semalam. Kami sharing dan saling bertukar pikiran semalam. Pasangan hidup......menjadi pergumulanku.
Ya, saat ini saya masih pada tahap doa bersama. Selama saya belajar mengenal Mr. D... ada hal yang saya sukai dari dia, ada juga yang membuat saya sedikit kecewa padanya. Hal yang saya sukai ketika saya bisa berbagi persoalan, berbagi masalah, sharing mengenai kesibukan saya dan dia memberi motivasi, ketika dia mengajari saya musik, ketika dia berusaha memberikan semangat, motivasi dan nasehat, dan tentu saja ketika dia memperdulikan saya. Hal yang membuat saya sedikit kecewa adalah ketika dia meminta tolong saya menjemput dia, ketika dia berusaha membayar tagihan makan. Saya hanya sedikit merasa kecewa, biasa laki-laki ketika masa pendekatan akan berusaha membuat nyaman dan menjaga sikap sebagai seorang gentleman.
Tapi jujur, dengan sikapnya ketika dia meminta tolong menjemputnya, saya merasa nilai gentleman dia berkurang drastis. Sebagai teman, saudara, sahabat, tentu saya tidak keberatan menolongnya, namun ketika situasinya berbeda dimana kami dalam masa pengenalan antara pria dan wanita, saya merasa itu sangat aneh. Ketika harus membayar tagihan makanan, jujur saya lebih suka bayar masing-masing jika dibandingkan dengan bayar ganti2an, seperti hari ini dia, besok saya, lusa dia, dan begitu seterusnya. Entah Anda mau berpikir saya terlalu perhitungan atau tidak, justru menurut saya metode yang seperti itu kurang adil. Siapa yang tahu besok makan lebih mahal, besoknya lagi makan lebih murah. Daripada seperti itu lebih baik bayar masing-masing. Jika memang ingin bersikap gentle, sekali dia berani mengajak saya keluar berarti dia siap mengorbankan dana yang dia punya. Saya bukan melihat materi dia, saya hanya ingin sikap gentle sebagai laki-laki itu ada.
Entahlah, ada saat ketika hati saya mau menerimanya, tapi ada juga saat dimana hati saya tidak mau menerimanya.
Dan yang menjadi beban pikiran saya adalah, teman2 saya yang sudah saya anggap seperti keluarga saya sendiri, mereka kurang menyetujui jika saya menjalin hubungan dengan Mr. D. Saya belum menanyakan alasan pastinya dan jelasnya, tapi saya mengerti bahwa mereka hanya berharap saya mendapatkan yang lebih baik dan yang terbaik, yang seimbang, dan cocok bagi saya. Saya sangat bersyukur mereka begitu memperdulikan saya. Jadi, bagaimana bisa saya mengabaikan pendapat mereka, ketika mereka begitu mengkhawatirkan saya? Bagaimana bisa saya mengabaikan pendapat mereka ketika mereka hanya berusaha memikirkan yang terbaik bagi saya. Ketika saya jatuh, siapa lagi yang bisa menjadi tempat saya sharing jika bukan keluarga saya? Tentu saja Tuhan selalu menjadi nomor 1 dalam hidup saya.
Saya tahu, bahwa saya tidak bisa menjadi egois, ketika saya hanya memikirkan diri saya sendiri dan mengabaikan orang lain, terlebih mereka adalah keluargaku. 
Saya hanya berharap, kelak bisa mendapatkan pasangan yang disukai tidak hanya oleh saya, tapi juga mampu merebut hati keluarga saya, karena saya tidak ingin mengecewakan keluarga saya.
Saya masih terus berdoa, agar saya mendapat petunjuk jelas untuk mengambil keputusan apa yang harus saya tindak lanjuti. Keep praying!

Tuhan Yesus memberkati ^^

1 comment: